Senin, 19 Agustus 2013

68 Tahun Indonesia Merdeka, Pak Harto Muncul di Bujur Truk

68 Tahun Indonesia Merdeka, Pak Harto Muncul di Bujur Truk…


soeharto-di-truk
TIDAK  terasa, kita bersua kembali dengan tanggal keramat 17 Agustus yang nerupakan hari bersejarah. Negara Indonesia memproklamasikan diri ke dunia, jika Indonesia sudah bebas dari kaum imperialisne. Sabtu 17 Agustus. 2013, merupakan HUT RI ke 68. Tidak terasa pula negara kita sudah berusia 68 tahun. Cukup tua.
Dalam usia kepala enam dan mendekati kepala tujuh, kondisi pemerintah Indonesia sebagai pengelola negara semakin memprihatinkan. Kasus korupsi misalnya, yang menggasak uang negara semakin merajalela seolah oknum pejabat eksekutif, legislatif dan yudikatif sudah mati rasa. Bahkan mereka pun nampak tidak berfikir jasa para pejuang yang mempertatuhkan jiwa raga untuk meraih kemerdekaan.
Sebaliknya, di  alam merdeka, para oknum terkesan berjuang menghalalkan segala cara demi menggasak uang negara. Perjuangan yang menyesatkan tiada lain hanya nafsu demi menumpuk harta. Para pelaku koruptor nampak tenang ketika ditangkap. Mereka masih berani mengooceh dan mengelak meski barang bukti sudah diamankan KPK. Tidaklah salah jika banyak yang menilai  para oknum pejabat Indonesia kini sudah banyak yang mati rasa. Ada apa dengan negara kita?
Kekecewaan permasalahan Indonesia, seperti korupsi,  naiknya harga harga, serta sulitnya lapangan kerja, muncul dari beberapa sopir truk di Kota Bandung. Sebagai tanda protes atas permasalahan tersebut mereka pun kompak memasang stiker almarhum Soeharto, mantan penguasa orde baru. Stiker pun dipasang di bujur truk supaya bisa terlihat dan terbaca rakyat Indonesia yang merindulan almarhum. “ Kami sangat rindu, perasaan sama dialami rakyat Indonesia,“ celetuk Dedi,54, seorang pengemudi di Cileunyi, Kabupaten Bandung.
Dia mengakui di era Soeharto, korupsi pun sama dan ada.  Di zaman reformasi korupsi semakin merjalela. Berdirinya KPK pelaku korupsi bukannya berkurang malah semakin banyak seolah nantang keberanian KPK. “ Kok bisa begini, yah.. Kami jadi kangen Pak Harto,“.
Saat almarhun Soeharto memimpin negara ini, rasa nasionaliisme rakyat Indonesia sangat tinggi. Pelajar dari SD hingga perguruan tinggi sangat hapal apa makna Pnacasila, dan teks Proklamasi. Anehnya, di era reformasi masih ada ditemukan anggota legislatif yang tidak hapal Pancasila. “ Oknum pejabat hanya  tahu aturan dan kode etik partai ketimbang Panncasila. Mereka bertanggungjawab ke Partai bukan ke negaranya. Wajar jika mereka lupa  Pancasilan dan UUD 45.”
Ketika Soeharto manggung, kondisi negara aman, kondusif, harga harga murah, pembangunan terarah dan pasti. Saat Indonesia berusia 68, rasanya persoalan semakin kompleks pengelola negara sudah tak profesiaonal. Mungkinkah  dampak dari bagi bagi kursi jabatan bersama parpol?
Pada prinsipnya, rakyat kecil seperti sopir truk, ungkap Dedi, bukan minta jabatan dan Bantuan Langsung Tunai atau BLSM, tapi berharap negara aman, kondusif, perlaku pejabat patut diteladani, ditambah harga kebutuhan terjangkau. Ketika harga mahal, sulit, didapat, korupsi merajalela, dan kondisi negara carut marut, sangat wajar sopir truk pun merenung dan mengingat kembali sosok Pak Harto.
“Kami sepakat menempel stiker mantan penguasa Orde baru agar kenangan masa itu seolah bisa dinikmati kembali walau dalam mimpi. Di hari kemerdekaan ini kami senantiasa merenung dan selalu ingat Pak Harto,“ pungkasnya.
Akankah Indonesia sampai ke titik tinggal landas sebagaimana dirancang Pak Harto dalam Repelitanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar